Puisi Cinta Sedih – Puisi adalah salah satu karya sastra yang diciptakan melalui rima, irama, serta penyusunan bait dan larik. Membuat puisi sering kali menjadi suatu tugas yang kerap diberikan para guru kepada murid-muridnya di sekolah, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Salah satu topik yang sering diberikan adalah edukasi, cinta, kasih sayang, dan kehidupan.
Untuk menghasilkan suatu puisi pendek, kalian dapat mengambil inspirasi dari perasaan pribadi, sistem pendidikan di Indonesia, dan suasana natural. Rujukan lain yang dapat diambil adalah kegusaran sosial masyarakat, kisah kehidupan, dan pengalaman pribadi, khususnya perasaan cinta maupun rasa sedih yang pernah dialami.
Anda sedang menonton: 25 Contoh Puisi Cinta Sedih dan Pilu yang Menyentuh Hati!
Inilah yang membuat tak sedikit orang yang mulai membiasakan dirinya untuk membuat puisi cinta. Apakah kamu salah satu dari orang itu? Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas lebih jauh tentang contoh puisi cinta. Jadi, tetap simak artikel ini sampai selesai, Grameds.
Contoh Puisi Pendek tentang Cinta yang Sedih dan Pilu
Berikut ini kumpulan contoh-contoh puisi pendek tentang cinta dan rasa sedih.
1. Persemayaman Pusat Rasa
Karya: Avelin Mulyati
sengaja mengeja memutus kalimat tanpa jeda mengurai kata berakhiran tanda titik koma menuliskan lagi puisi yang mulai kehilangan rimanya
2015
2. Aksara Mentari
Karya: Avelin Mulyati
kuhias aksaraku dengan sinar, layaknya sang bintang agar ia mampu menarik hatimu: saat langit terpandang namun, barulah kusadari pada hari ini, kugantungkan aksaraku: di langit siang saat tak satu pun bintang tampak bersinar – terlahap mentari
2015
3. Nyanyian Ce-El-Be-Ka
Karya: Nefrit Lazurit
bahagiakan hamba kepada penerimaan dan keikhlasan! tidak meratap tidak pula murka bukan suara mengiba bukan pula nyanyian ce-el-be-ka
pamali! hampir mengharamkan “cinta lama b******* kabeh”
2015
4. Kontemplasi Perihal Kesendirian
Karya: Seniwati
Seketika, menderas aksara bisu Dan, kau lebih bisu Dengan seikat bunga Yang kian layu Musnahlah sudah Lupakan kedamaian semu Beserta isyarat segala pesonamu
Biarlah misteri batu nisan samar memanggil Sebagaimana aku tak dapat menahan ingatan tentang kepal tangan orang-orang Yang dikutuk parasmu menjadi genangan kolam Mungkin, surga cemburu Dan, mencuri dirimu dari pelukanku
5. Hujan Bulan November
Karya: Winna Wijayanti
Ini adalah saat yang paling ditunggu. Hujan mengguyur Jogja yang lama dengan panas gerah hingga kebosanan di jalan raya
Harum tanah. Basah udara Seperti penuh kebosanan matahari Jadi keburu ingin bilang, “Cinta lebih tenteram di keteduhan”
Daun-daun makin hijau, dan burung terbang lebih tinggi karena sejuk langit
Apa yang mesti kukatakan kini, hujan sudah datang, siang masih terasa pagi
Saat malam kembali, diri ingin sekali larut dalam mimpi
6. Catatan Kecil
Karya: Warno
Catatan kecil berbuku sendu Seakan golak terpaku Meratap menatap nasib Tak kuasa memandang gundah Padahal, setia nyala berbahagia
Jengah terkesima Pudar termakan waktu Yang manis, yang retak, yang kelabu
Intisari telah terekam di sini Suatu saat pasti dimengerti Meski bukan hari ini
Pintaku, seberangi penghalang yang memadamkan Pintaku, tunjuklah kebenaran seluas pandangan – Demi erat hati dan kalbu
7. Samudra Air Mata
Karya: Fajar Setyawan
Di Pantai Ngobaran, Di tepian selatan, di Lautan Hindia Ketika sauh dilabuh, pundak menghimpit Kapan jalan panjang ini berujung? Kapan jalan ini bertepi?
Nun jauh di sana; Di laut biru yang indah Tak ada yang berubah, Seperti diamnya jawabmu: atas tanyaku
8. Jika Kau Berkenan
Karya: Netraphim
Aku cukup bersamamu saja dalam bias batas antara surga dan neraka
Aku cukup bersamamu saja dalam nikmat libido kesementaraan
Aku cukup bersamamu saja dalam persenggamaan gelombang kerinduan
9. Easther
Karya: Nisfanda Bella Vizta
Sempatkah terlintas namaku Dalam ingatan batinmu Dalam singkatnya takdir Tuhan? Apakah kau dapat mekar dan berbunga sesuka hati? Sementara diriku melayu dan mati
Padamkanlah apimu Dalam kesaksian yang menyakitkan Bersajaklah kau Mekarmu adalah kemenangan Ayunkanlah rohku Jauh di angkasa Menuju ruang tak tertuju
10. Getir Hujan
Karya: Wahyu Oktaviani
Berdebar di langit menggema Cerai-berai entah ke mana Teguh dalam perjalanan sesat Mari berangkat sebelum terjerat!
Nyinyir nafasmu menyertai perjalanan Terngiang di sekitar persimpangan Serpihan pekat terhujam meratap Itulah jalan senyap: yang telah lenyap
Perjuangan, uang, dan drama megalomania Ingatkah titik nadir antara bahagia dan kecewa Seiring masa yang juga bertambah tua? Sejatinya, mungkin kau hilang ingatan dan amnesia Air mata dan darah dan yang tak mungkin dapat terlupakan
Putarlah waktu! Bagaimana mungkin dapat kuwujudkan cintaku?
Senyum satir tersungging tak temukan alamat Serapah mendoa ke semburat Mendendang irama merdu sajak bosan Biar langit menjerit merangkai hujan
Lihat selengkapnya : Lirik Lagu Nobody Gets Me dari SZA dan Terjemahannya
Bukan khayalan halus meragukan Bukan pula candu halusinasi di impian
11. Jengah
Karya: Avelin Mulyati
sempatkah terucap namaku pada bait drama melankolis yang rumit yang berderet tegak berjaga separuh menghujam menekan busung dada mengurung kau dan aku menuju ruang hampa
siapa aku siapa kamu (kita) saling tak peduli
di sini jengah menunggu pagi menepi kau dan aku takkan pernah mengerti
2020
12. Mawar Temaram
Karya: Avelin Mulyati
tak terdengar tertampar bungkam dengan tawanya mesin-mesin pembunuh terus berlari mengejar
yang kutahu cinta itu bunga mawar indah dilihat menusuk perih durinya
tak kusangka kau tlah terikat oleh temaram tak bisa bebas untuk kugenggam
engkaulah lenteraku yang takkan pernah menerangiku
sepi dengan setia ia meyakinkanku tuk pergi sudah cukup semua ini dirasakan ku harus meninggalkan
sempatkah terlintas namaku dalam ingatan batinmu dalam singkatnya takdir Tuhan? apakah kau dapat mekar dan berbunga sesuka hati sementara diriku melayu dan mati?
aku bosan menemanimu bermimpi seolah kau terus menginspirasi kematianku siapa pun kau sadarkanku
2020
13. Sajak Merbabu
Karya: Fandy Aprianto
dengan puisi ingin kutulis bahwa tubuhmu pernah saling bertemu di antara tiga titik nafasku
dengan cara yang sama kurakit doa-doa saat matahari begitu rendah seangkuh kenangan kota bungkam ini ngembara menjelma tanpa permisi datang dan pergi
Merbabu tak lahirkan dendam takdir baik-buruk tak mampu membangun kesunyian satu persatu rindu terusir tak selalu mesra tak selalu erat dari kata-kata tak seindah yang kau duga tak seindah yang semestinya
di bawah Merbabu yang rekah pasti puisi ditulis maddah namun, sekali waktu aku ingin meyakinkanmu engkaulah degup jantung yang terujar narasi yang takkan luruh di antara derasnya metafora dan hiperbola sepanjang sejarah-sepanjang kisah
dan semua kemungkinan-kemungkinan sepanjang purnama ketujuh dari mata renungku kan kau dapatkan nikmat kesia-siaan air mata gelandangan
bukankah sudah sepantasnya tanpa rupa kau mendekat denyut nadiku, tatap matamu mengaburkan perangkap dan jerat menumbuhkan sayap terbang mencapaimu memeluk erat tubuhmu
langit biru kaki Merbabu saksi bisu mozaik pesonamu, acuhkanku
Salatiga, 2 Mei 2017
14. Dengan Kain Penutup Mata
Karya: Fandy Aprianto
dalam remang lampu milik peladang dengan jelas kupandang kaki Merbabu melukis cahaya bayang-bayang sebuah antara seperti kerut di wajahmu mata hampa yang perlahan gerhana
mestinya kutahu dari dulu kerdip bintang-gemintang ialah pertanda kesuburan cinta namun, napasmu perlahan memudar hilang tanpa rahasia satu-per satu rindu mengaburkan dungu wajahku bahkan untuk seorang gadis yang kasmaran menggelantungkan bejibun harapan
di mana kau letakkan pandang? di mana bumi berpijakmu? mau ke mana lagi kakimu melangkah pergi? di mana sekarang kenangan yang dulu kau banggakan?
ah, kutahu… sendiri jadi doa bagimu namun, ziarahku ialah saksi menipisnya penanggalan diri dunia kecilmu yang menyekat jarak kasih dan kegelapan dari nyalangnya tabir waktu
tengah malam kucium lagi rembulan di keningmu engkau tersenyum dalam penyerahan kecemasan dan ketakutan menembusi buah-buah masak yang tertinggal di kepalan jari tangan
dengan kain penutup mata maukah kau mengantarku keluar ke taman kaca melalui labirin koridor istana maukah kau mengantarku melampaui cahaya tempat bersendawa menggantungkan cita-cita
Salatiga, Mei 2017
15. Sajak Pembebas
Karya: Netraphim
biarkan pikiranku mengembara apa maunya kota ini seribu makna yang mencipta tunas-tunas hidup penggembala sampai darah-darah menghias masa lalunya pesonanya takkan padam mencipta bejibun catatan malam
tak apalah bahasa alam sesekali memberi sebait guratan saat kecipak jernih air Senjoyo mengingatkan: “wariskan mata air, bukan air mata” aku bertanya: “mengapa kerinduan selalu hadir di sini di mana emprit menyusun sarang, mengeram kepasrahan? masih ingatkah kau kapan saat memetik bintang mencium kening rembulan?” “oh, kini mereka menjelma monumen abadi dalam penyerahan senyum keikhlasan” jawabmu
2 Agustus 1876 ingatkah kau, Rimbaud datang di antara sajak pembebasan sejak waktu tak beranjak dan sepi menyemat tak beriak tetap teguh tegak seperti Majnun lebur dalam cinta pasrah dalam teduh rengkuhan Gunung Telomoyo, Merbabu, dan Ungaran sirna di depan prasasti aux pays poivrés et détrempés
pada kelok jalan menuju bukit kutumpahkan kejujuran semesta kepada bunga-bunga yang enggan patah dari tangkainya kutulis seribu tanya: berapa lama sejuk kota ini terus kau berikan untukku? berapa depa kerinduan kau berikan untukku? menjelang senja yang tembaga lewat lambaian burung-burung di cakrawala dan kemuning padi di sawah-sawah desa kuncilah hatiku dalam desah basah matamu buat janji yang menjanjikan
2019
16. Pilar Harapan
Karya: Netraphim
melihat dunia dengan caraku sendiri menghafal tiap sudut yang tlah dijejaki merabanya lagi berharap ada rasa dan kenangan tuk dikenang lagi
namun, tak juga tertemui walau tiap deret sudah kuturuti tiap bagian sudah kumasuki dan, tiap lorong kuterangi
akhirnya, aku tersesat tersesat dalam hati, perasaan, dan pikiranku sendiri entah di mana lagi jalan keluar dari kekosongan ini
Lihat selengkapnya : Prediksi SDY, Bocoran SDY Hari Ini, Angka Main SDY, Syair SDY
mungkin, tanya ini tak akan terjawab cepat namun, suatu saat nanti akan tertemui entah detik ini atau kelak ketika tlah tiba di “tanah indah” semoga!
tak terhitung beban yang tlah kupikul terlalu banyak nasib tlah mengalahkanku kini, saatnya aku menggugatnya memenangkan perseteruan ini tak lagi mau untuk diam
aku berdiri di sini untuk menghadapinya bukan untuk bersembunyi dan menepi
dua tangan ini yakin jiwa ini tak ragu langkahku tak lagi kaku masalah kecil itu tlah jadi kekuatanku yakin semua bisa kuhadapi! untukmu, untuk kita, untuk yang katanya “masa depan” dan, langkah yang akan ternukil dalam kisah yang indah
2015
17. Rapalan Digit Angka-Angka
Karya: Seniwati
melihat dunia dengan cara tersendiri menghafal tiap angka yang tlah terlampaui merasakan hilangnya angin yang berganti kemarau gersang
orang bilang waktu bisa membuat lupa segalanya: penantian, kekecewaan, dan kemarahan
manusia selalu berdamai dengan kesedihan meski mereka takkan pernah bisa melepaskannya
2015
18. Galau
Karya: Iwan Dwi Aprianto
tirai pekat di balik asa logika tak lagi dirasa jiwa-jiwa gundah menari digenggam malam berbisik tentang keburukan inikah galau yang sebagian orang katakan ataukah hanya kiasan ketakutan entahlah mungkin hanya bayangan atau sekadar kenangan yang tercampakkan
roh-roh berdiri di antara dua jalan bagai lukisan dosa yang nyata atau buih-buih di lautan yang terkadang ada dan tiada
seperti itulah perjalanan bak angin dapat dihirup namun tak dapat digenggam menyelinap di balik ranting-ranting rapuh mencoba dendangkan nyayian bersama dedaunan namun, nadanya semakin menambah cekam hingga membius logika nyata
sepi dan jengah makin menghantui berharap kebaikan meski dosa tegak berdiri sebagaimana keruh air paling anyir tak ada lagi rahasia yang ada hanya esok makan apa
2016
19. Menantang Kesepian
Karya: Iwan Dwi Aprianto
Bukankah, setiap orang memikul kebenaran, seperti halnya Yesus memikul salibnya? Bukankah, setiap orang memiliki bakat jatuh, seperti halnya jatuhnya Adam-Hawa dari nirwana?
Ayub memahami makna sakit, Yunus menghayati konyolnya keputusasaan, Ibrahim tahu apa yang musti dilawan dengan kapak, Musa ngerti ilmu sihir – dari zaman ular hingga industri
Adapun kita, merelakan diri jadi bahan tertawaan; disingkirkan dan berusaha bertahan dari kesepian
2011
20. Samudra Senja
Karya: Nefrit Lazurit
Harus berapa lama lagi paduan rentetan burung samudera datang bersama buih-buih ombak Laut Selatan? Harus berapa lama lagi mereka akan menyapaku – mencengkeram langit senja? Namun, kesadaran akan keterbatasan-lah yang tlah membuat pintu hati rela mengikhlaskan.
2012
21. Gagak
Karya: Warno
hey gagak, yang berdiri tegak betapa tegarnya engkau menghadapi gelap terang sayapmu memudar seiring tersingsingnya pongah fajar
entah mengapa aku selalu merasa sedikit lega saat bayangmu masih dapat kueja meski kau tak lagi pernah nyata di antara ayat-ayat semesta
2013
22. Setelah Seratus Empat Puluh Tiga Hari
Karya: Warno
dalam hitam puisiku, aku selalu menunggu: – kedatanganmu.
2008
23. Philophobia
Karya: Avelin Mulyati
mungkin, philophobia ini akut: tak tersembuhkan namun inikah potret dunia yang kutinggali? atau, inikah perjalanan mimpi: ke mimpi yang takkan pernah usai?
beri tahu aku, harus dari mana mulai kurajut mimpi yang tak sempat terjadi? beri tahu aku, apa yang harus disyukuri saat hujan mata pisau mulai mengguyuri?
2010
24. Nostalgia
Karya: Lilik Joko Susilo
dinding kamar tak bertuan baju, buku, sepatu; itu-itu saja tak lagi memicingkan matanya dari gambar maya, hingga eksistensi nyata di tiap sudut, perasaan hampa seolah diizinkan bermukim: – selamanya
semoga masih ada sisa waktu, buat sekadar nostalgia karena, detiklah yang menghujam nyata dan kenyataanlah, yang memutuskannya
2015
25. Antitesis Hujan Bulan Juni
Karya: Farid Stevy Asta
Tak ada yang lebih baik dari kopi yang diseduh dengan ketabahan. Dalam beberapa kejadian, pilihan untuk kalah dan bersalah menjadi lebih baik, daripada memaksakan untuk terus menang dan benar.
2016
Contoh Gambar Puisi Pendek tentang Cinta yang Sedih dan Pilu
Itulah beberapa contoh puisi pendek dengan tema cinta sedih dan pilu yang dapat dijadikan sebagai referensi. Jika ada saran, pertanyaan, dan kritik, silakan tulis di kotak komentar bawah ini. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.
Untuk mendapatkan lebih banyak informasi terkait puisi dengan tema cinta dan rasa sedih yang lain, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat!
Rekomendasi Buku dan Artikel Terkait Puisi Cinta Sedih
Sumber: https://indirmedenizle.org
Kategori: Blog