25 Contoh Puisi Cinta Sedih dan Pilu yang Menyentuh Hati!

25 Contoh Puisi Cinta Sedih dan Pilu yang Menyentuh Hati!
contoh puisi romansa
contoh puisi romansa

Puisi Cinta Sedih – Puisi adalah salah satu karya sastra yang diciptakan melalui rima, irama, serta penyusunan bait dan larik. Membuat puisi sering kali menjadi suatu tugas yang kerap diberikan para guru kepada murid-muridnya di sekolah, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Salah satu topik yang sering diberikan adalah edukasi, cinta, kasih sayang, dan kehidupan.

(Nefrit Lazurit/Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International).

Untuk menghasilkan suatu puisi pendek, kalian dapat mengambil inspirasi dari perasaan pribadi, sistem pendidikan di Indonesia, dan suasana natural. Rujukan lain yang dapat diambil adalah kegusaran sosial masyarakat, kisah kehidupan, dan pengalaman pribadi, khususnya perasaan cinta maupun rasa sedih yang pernah dialami.

Inilah yang membuat tak sedikit orang yang mulai membiasakan dirinya untuk membuat puisi cinta. Apakah kamu salah satu dari orang itu? Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas lebih jauh tentang contoh puisi cinta. Jadi, tetap simak artikel ini sampai selesai, Grameds.

Contoh Puisi Pendek tentang Cinta yang Sedih dan Pilu

Puisi Cinta Sedih
Instagram: @racau_kacau.

Berikut ini kumpulan contoh-contoh puisi pendek tentang cinta dan rasa sedih.

1. Persemayaman Pusat Rasa

Karya: Avelin Mulyati

sengaja mengeja memutus kalimat tanpa jeda mengurai kata berakhiran tanda titik koma menuliskan lagi puisi yang mulai kehilangan rimanya

2015

2. Aksara Mentari

Karya: Avelin Mulyati

kuhias aksaraku dengan sinar, layaknya sang bintang agar ia mampu menarik hatimu: saat langit terpandang namun, barulah kusadari pada hari ini, kugantungkan aksaraku: di langit siang saat tak satu pun bintang tampak bersinar – terlahap mentari

2015

3. Nyanyian Ce-El-Be-Ka

Karya: Nefrit Lazurit

bahagiakan hamba kepada penerimaan dan keikhlasan! tidak meratap tidak pula murka bukan suara mengiba bukan pula nyanyian ce-el-be-ka

pamali! hampir mengharamkan “cinta lama b******* kabeh”

2015

4. Kontemplasi Perihal Kesendirian

Karya: Seniwati

Seketika, menderas aksara bisu Dan, kau lebih bisu Dengan seikat bunga Yang kian layu Musnahlah sudah Lupakan kedamaian semu Beserta isyarat segala pesonamu

Biarlah misteri batu nisan samar memanggil Sebagaimana aku tak dapat menahan ingatan tentang kepal tangan orang-orang Yang dikutuk parasmu menjadi genangan kolam Mungkin, surga cemburu Dan, mencuri dirimu dari pelukanku

5. Hujan Bulan November

Karya: Winna Wijayanti

Ini adalah saat yang paling ditunggu. Hujan mengguyur Jogja yang lama dengan panas gerah hingga kebosanan di jalan raya

Harum tanah. Basah udara Seperti penuh kebosanan matahari Jadi keburu ingin bilang, “Cinta lebih tenteram di keteduhan”

Daun-daun makin hijau, dan burung terbang lebih tinggi karena sejuk langit

Apa yang mesti kukatakan kini, hujan sudah datang, siang masih terasa pagi

Saat malam kembali, diri ingin sekali larut dalam mimpi

Puisi Cinta Sedih

6. Catatan Kecil

Karya: Warno

Catatan kecil berbuku sendu Seakan golak terpaku Meratap menatap nasib Tak kuasa memandang gundah Padahal, setia nyala berbahagia

Jengah terkesima Pudar termakan waktu Yang manis, yang retak, yang kelabu

Intisari telah terekam di sini Suatu saat pasti dimengerti Meski bukan hari ini

Pintaku, seberangi penghalang yang memadamkan Pintaku, tunjuklah kebenaran seluas pandangan – Demi erat hati dan kalbu

7. Samudra Air Mata

Karya: Fajar Setyawan

Di Pantai Ngobaran, Di tepian selatan, di Lautan Hindia Ketika sauh dilabuh, pundak menghimpit Kapan jalan panjang ini berujung? Kapan jalan ini bertepi?

Nun jauh di sana; Di laut biru yang indah Tak ada yang berubah, Seperti diamnya jawabmu: atas tanyaku

8. Jika Kau Berkenan

Karya: Netraphim

Aku cukup bersamamu saja dalam bias batas antara surga dan neraka

Aku cukup bersamamu saja dalam nikmat libido kesementaraan

Aku cukup bersamamu saja dalam persenggamaan gelombang kerinduan

9. Easther

Karya: Nisfanda Bella Vizta

Sempatkah terlintas namaku Dalam ingatan batinmu Dalam singkatnya takdir Tuhan? Apakah kau dapat mekar dan berbunga sesuka hati? Sementara diriku melayu dan mati

Padamkanlah apimu Dalam kesaksian yang menyakitkan Bersajaklah kau Mekarmu adalah kemenangan Ayunkanlah rohku Jauh di angkasa Menuju ruang tak tertuju

10. Getir Hujan

Karya: Wahyu Oktaviani

Berdebar di langit menggema Cerai-berai entah ke mana Teguh dalam perjalanan sesat Mari berangkat sebelum terjerat!

Nyinyir nafasmu menyertai perjalanan Terngiang di sekitar persimpangan Serpihan pekat terhujam meratap Itulah jalan senyap: yang telah lenyap

Perjuangan, uang, dan drama megalomania Ingatkah titik nadir antara bahagia dan kecewa Seiring masa yang juga bertambah tua? Sejatinya, mungkin kau hilang ingatan dan amnesia Air mata dan darah dan yang tak mungkin dapat terlupakan

Putarlah waktu! Bagaimana mungkin dapat kuwujudkan cintaku?

Senyum satir tersungging tak temukan alamat Serapah mendoa ke semburat Mendendang irama merdu sajak bosan Biar langit menjerit merangkai hujan

Bukan khayalan halus meragukan Bukan pula candu halusinasi di impian

Puisi Cinta Sedih

Puisi Cinta Sedih

11. Jengah

Karya: Avelin Mulyati

sempatkah terucap namaku pada bait drama melankolis yang rumit yang berderet tegak berjaga separuh menghujam menekan busung dada mengurung kau dan aku menuju ruang hampa

siapa aku siapa kamu (kita) saling tak peduli

di sini jengah menunggu pagi menepi kau dan aku takkan pernah mengerti

2020

12. Mawar Temaram

Karya: Avelin Mulyati

tak terdengar tertampar bungkam dengan tawanya mesin-mesin pembunuh terus berlari mengejar

yang kutahu cinta itu bunga mawar indah dilihat menusuk perih durinya

tak kusangka kau tlah terikat oleh temaram tak bisa bebas untuk kugenggam

engkaulah lenteraku yang takkan pernah menerangiku

sepi dengan setia ia meyakinkanku tuk pergi sudah cukup semua ini dirasakan ku harus meninggalkan

sempatkah terlintas namaku dalam ingatan batinmu dalam singkatnya takdir Tuhan? apakah kau dapat mekar dan berbunga sesuka hati sementara diriku melayu dan mati?

aku bosan menemanimu bermimpi seolah kau terus menginspirasi kematianku siapa pun kau sadarkanku

2020

13. Sajak Merbabu

Karya: Fandy Aprianto

dengan puisi ingin kutulis bahwa tubuhmu pernah saling bertemu di antara tiga titik nafasku

dengan cara yang sama kurakit doa-doa saat matahari begitu rendah seangkuh kenangan kota bungkam ini ngembara menjelma tanpa permisi datang dan pergi

Merbabu tak lahirkan dendam takdir baik-buruk tak mampu membangun kesunyian satu persatu rindu terusir tak selalu mesra tak selalu erat dari kata-kata tak seindah yang kau duga tak seindah yang semestinya

di bawah Merbabu yang rekah pasti puisi ditulis maddah namun, sekali waktu aku ingin meyakinkanmu engkaulah degup jantung yang terujar narasi yang takkan luruh di antara derasnya metafora dan hiperbola sepanjang sejarah-sepanjang kisah

dan semua kemungkinan-kemungkinan sepanjang purnama ketujuh dari mata renungku kan kau dapatkan nikmat kesia-siaan air mata gelandangan

bukankah sudah sepantasnya tanpa rupa kau mendekat denyut nadiku, tatap matamu mengaburkan perangkap dan jerat menumbuhkan sayap terbang mencapaimu memeluk erat tubuhmu

langit biru kaki Merbabu saksi bisu mozaik pesonamu, acuhkanku

Salatiga, 2 Mei 2017

(Fandy Aprianto Rohman/Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International).

Puisi Cinta Sedih

14. Dengan Kain Penutup Mata

Karya: Fandy Aprianto

dalam remang lampu milik peladang dengan jelas kupandang kaki Merbabu melukis cahaya bayang-bayang sebuah antara seperti kerut di wajahmu mata hampa yang perlahan gerhana

mestinya kutahu dari dulu kerdip bintang-gemintang ialah pertanda kesuburan cinta namun, napasmu perlahan memudar hilang tanpa rahasia satu-per satu rindu mengaburkan dungu wajahku bahkan untuk seorang gadis yang kasmaran menggelantungkan bejibun harapan

di mana kau letakkan pandang? di mana bumi berpijakmu? mau ke mana lagi kakimu melangkah pergi? di mana sekarang kenangan yang dulu kau banggakan?

ah, kutahu… sendiri jadi doa bagimu namun, ziarahku ialah saksi menipisnya penanggalan diri dunia kecilmu yang menyekat jarak kasih dan kegelapan dari nyalangnya tabir waktu

tengah malam kucium lagi rembulan di keningmu engkau tersenyum dalam penyerahan kecemasan dan ketakutan menembusi buah-buah masak yang tertinggal di kepalan jari tangan

dengan kain penutup mata maukah kau mengantarku keluar ke taman kaca melalui labirin koridor istana maukah kau mengantarku melampaui cahaya tempat bersendawa menggantungkan cita-cita

Salatiga, Mei 2017

15. Sajak Pembebas

Karya: Netraphim

biarkan pikiranku mengembara apa maunya kota ini seribu makna yang mencipta tunas-tunas hidup penggembala sampai darah-darah menghias masa lalunya pesonanya takkan padam mencipta bejibun catatan malam

tak apalah bahasa alam sesekali memberi sebait guratan saat kecipak jernih air Senjoyo mengingatkan: “wariskan mata air, bukan air mata” aku bertanya: “mengapa kerinduan selalu hadir di sini di mana emprit menyusun sarang, mengeram kepasrahan? masih ingatkah kau kapan saat memetik bintang mencium kening rembulan?” “oh, kini mereka menjelma monumen abadi dalam penyerahan senyum keikhlasan” jawabmu

2 Agustus 1876 ingatkah kau, Rimbaud datang di antara sajak pembebasan sejak waktu tak beranjak dan sepi menyemat tak beriak tetap teguh tegak seperti Majnun lebur dalam cinta pasrah dalam teduh rengkuhan Gunung Telomoyo, Merbabu, dan Ungaran sirna di depan prasasti aux pays poivrés et détrempés

pada kelok jalan menuju bukit kutumpahkan kejujuran semesta kepada bunga-bunga yang enggan patah dari tangkainya kutulis seribu tanya: berapa lama sejuk kota ini terus kau berikan untukku? berapa depa kerinduan kau berikan untukku? menjelang senja yang tembaga lewat lambaian burung-burung di cakrawala dan kemuning padi di sawah-sawah desa kuncilah hatiku dalam desah basah matamu buat janji yang menjanjikan

2019

16. Pilar Harapan

Karya: Netraphim

melihat dunia dengan caraku sendiri menghafal tiap sudut yang tlah dijejaki merabanya lagi berharap ada rasa dan kenangan tuk dikenang lagi

namun, tak juga tertemui walau tiap deret sudah kuturuti tiap bagian sudah kumasuki dan, tiap lorong kuterangi

akhirnya, aku tersesat tersesat dalam hati, perasaan, dan pikiranku sendiri entah di mana lagi jalan keluar dari kekosongan ini

mungkin, tanya ini tak akan terjawab cepat namun, suatu saat nanti akan tertemui entah detik ini atau kelak ketika tlah tiba di “tanah indah” semoga!

tak terhitung beban yang tlah kupikul terlalu banyak nasib tlah mengalahkanku kini, saatnya aku menggugatnya memenangkan perseteruan ini tak lagi mau untuk diam

aku berdiri di sini untuk menghadapinya bukan untuk bersembunyi dan menepi

dua tangan ini yakin jiwa ini tak ragu langkahku tak lagi kaku masalah kecil itu tlah jadi kekuatanku yakin semua bisa kuhadapi! untukmu, untuk kita, untuk yang katanya “masa depan” dan, langkah yang akan ternukil dalam kisah yang indah

2015

17. Rapalan Digit Angka-Angka

Karya: Seniwati

melihat dunia dengan cara tersendiri menghafal tiap angka yang tlah terlampaui merasakan hilangnya angin yang berganti kemarau gersang

orang bilang waktu bisa membuat lupa segalanya: penantian, kekecewaan, dan kemarahan

manusia selalu berdamai dengan kesedihan meski mereka takkan pernah bisa melepaskannya

2015

18. Galau

Karya: Iwan Dwi Aprianto

tirai pekat di balik asa logika tak lagi dirasa jiwa-jiwa gundah menari digenggam malam berbisik tentang keburukan inikah galau yang sebagian orang katakan ataukah hanya kiasan ketakutan entahlah mungkin hanya bayangan atau sekadar kenangan yang tercampakkan

roh-roh berdiri di antara dua jalan bagai lukisan dosa yang nyata atau buih-buih di lautan yang terkadang ada dan tiada

seperti itulah perjalanan bak angin dapat dihirup namun tak dapat digenggam menyelinap di balik ranting-ranting rapuh mencoba dendangkan nyayian bersama dedaunan namun, nadanya semakin menambah cekam hingga membius logika nyata

sepi dan jengah makin menghantui berharap kebaikan meski dosa tegak berdiri sebagaimana keruh air paling anyir tak ada lagi rahasia yang ada hanya esok makan apa

2016

Puisi Cinta Sedih

19. Menantang Kesepian

Karya: Iwan Dwi Aprianto

Bukankah, setiap orang memikul kebenaran, seperti halnya Yesus memikul salibnya? Bukankah, setiap orang memiliki bakat jatuh, seperti halnya jatuhnya Adam-Hawa dari nirwana?

Ayub memahami makna sakit, Yunus menghayati konyolnya keputusasaan, Ibrahim tahu apa yang musti dilawan dengan kapak, Musa ngerti ilmu sihir – dari zaman ular hingga industri

Adapun kita, merelakan diri jadi bahan tertawaan; disingkirkan dan berusaha bertahan dari kesepian

2011

20. Samudra Senja

Karya: Nefrit Lazurit

Harus berapa lama lagi paduan rentetan burung samudera datang bersama buih-buih ombak Laut Selatan? Harus berapa lama lagi mereka akan menyapaku – mencengkeram langit senja? Namun, kesadaran akan keterbatasan-lah yang tlah membuat pintu hati rela mengikhlaskan.

2012

21. Gagak

Karya: Warno

hey gagak, yang berdiri tegak betapa tegarnya engkau menghadapi gelap terang sayapmu memudar seiring tersingsingnya pongah fajar

entah mengapa aku selalu merasa sedikit lega saat bayangmu masih dapat kueja meski kau tak lagi pernah nyata di antara ayat-ayat semesta

2013

22. Setelah Seratus Empat Puluh Tiga Hari

Karya: Warno

dalam hitam puisiku, aku selalu menunggu: – kedatanganmu.

2008

23. Philophobia

Karya: Avelin Mulyati

mungkin, philophobia ini akut: tak tersembuhkan namun inikah potret dunia yang kutinggali? atau, inikah perjalanan mimpi: ke mimpi yang takkan pernah usai?

beri tahu aku, harus dari mana mulai kurajut mimpi yang tak sempat terjadi? beri tahu aku, apa yang harus disyukuri saat hujan mata pisau mulai mengguyuri?

2010

24. Nostalgia

Karya: Lilik Joko Susilo

dinding kamar tak bertuan baju, buku, sepatu; itu-itu saja tak lagi memicingkan matanya dari gambar maya, hingga eksistensi nyata di tiap sudut, perasaan hampa seolah diizinkan bermukim: – selamanya

semoga masih ada sisa waktu, buat sekadar nostalgia karena, detiklah yang menghujam nyata dan kenyataanlah, yang memutuskannya

2015

25. Antitesis Hujan Bulan Juni

Karya: Farid Stevy Asta

Tak ada yang lebih baik dari kopi yang diseduh dengan ketabahan. Dalam beberapa kejadian, pilihan untuk kalah dan bersalah menjadi lebih baik, daripada memaksakan untuk terus menang dan benar.

2016

Contoh Gambar Puisi Pendek tentang Cinta yang Sedih dan Pilu

Instagram: @watonnyoto_
Twitter: @racau_kacau
Twitter: @racau_kacau
Instagram: @watonnyoto_
Instagram: watonnyoto_

Itulah beberapa contoh puisi pendek dengan tema cinta sedih dan pilu yang dapat dijadikan sebagai referensi. Jika ada saran, pertanyaan, dan kritik, silakan tulis di kotak komentar bawah ini. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.

Untuk mendapatkan lebih banyak informasi terkait puisi dengan tema cinta dan rasa sedih yang lain, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat!

Rekomendasi Buku dan Artikel Terkait Puisi Cinta Sedih